29.8.09

Tahukah ... ?

Kelelawar : Penerbang Paling efisien


Melihat kelelawar terbang, memang tampak kurang indah. Lebih indah melihat burung-burung terbang. Namun, kelelawar ternyata penerbang paling efisien di jagad raya ini, mengalahkan burung-burung dan berbagai jenis serangga.
Rahasianya, sayap-sayap kelelawar didukung lebih dari 24 tulang sendi masing-masing terhubung dengan selaput kulit elastik dalam menangkap udara. Struktur sayap seperti ini dapat menghasilkan sistem gerak yang sangat fleksible (lentur), baik mengangkat, mendorong, maupun melakukan manuver.
Kemampuan terbang seperti ini tidak dimiliki oleh burung-burung dan berbagai jenis serangga yang rata-rata sayapnya kaku. Tes terbang antara kelelawar, burung, dan serangga tersebut dilakukan aleh tim peneliti dari Unversitas Brown di Providence, Amerika Serikat, hasilnya dilaporkan melalui jurnal bioinspiration and biomimetics.



Prediksi Musim Melalui Batu Karang


Motif lingkaran pada batang pohon dapat menunjukan berapa lama pohon tersebut hidup. Motif pada batu karang juga menjelaskan keadaan musim pada masa lalu, ketika batu karang tersebut terbentuk.
Para ilmuan yang dipimpin oleh Nerilie Abraham dari Universitas Nasional Australia, mengadakan penyelaman di perairan Indonesia. Mereka meneliti batu-batu karang di dasar samudra. Hasilnya, mereka menemukan hubungan antara perubahan temperatut di laut, perubahan musim, dan arah angin.
Semua perubahan itu terekam pada permukaan batu karang. Berdasarkan motif pada batu karang pula para peneliti dapat meprediksikan perubahan musim di benua Asia akan lebih beragam daripada sebelumnya.



Monyet Berkomunikasi Dengan Kalimat Sederhana


Tim ilmuan dari Universitas St Andreus di Skotlandia menemukan bukti bahwa monyet mampu berkomunikasi menggunakan kalimat sederhana. Dua ahli psikologi primata; Dr Kate Arnold dan Dr Klaus Zuberuhler, selama tiga tahun meneliti kehidupan monyet di Taman Nasional Gashaka Gumti di Nigeria. Hasil penelitian mereka dilaporkan pada jurnal ilmiah neture edisi 18 Mei lalu. Dalam berkomunikasi, monyet-monyet di alam bebas terutama menggunakan dua kode kata “pyau” dan “hek”. Kata-kata ini digunakan untuk memperingati satu sama lain bila ada hewan pemangsa, seperti macan tutul atau burung elang.
Dalam situwasi tertentu monyet-monyet jantan akan berteriak “pyau” dan “hek” atau dirangkai menjadi kalimat sederhana “pyau-hek”. Setiap mendengar kombinasi kata-kata tersebut, kawanan monyet segera beraksi untuk berusaha mencari tempat yang aman.



Alien Ditemukan di Laut Antartika


Pada tahun 2007 sebuah tim peneliti menemukan spesies baru yang dinamai bulu babi (Echinus esculentus) yang tinggal di kedalaman laut Antartika (Kutub Selatan). Para ilmuan mempercayai bulu babi adalah alien di dasar Samudera yang sebelumnya tidak pernah di temukan.

Bulu babi termasuk organisma tak bertulang belakang yang disebut echinodermata, antara lain meliputi ketimun laut (Thyone briareus), bintang laut (Asteroidea) dan dolar pasir. Bersamaan dengan penemuan bulu babi itu, tim peneliti juga menemukan hampir 600 organisma yang sebelumnya tidak pernah diuraikan. Penemuan ini juga menyatakan bahwa sebagian besar kehidupan laut di bumi berasal dari kutub selatan .

Tim ilmuan dari German Center for Marine Biodiversity Research melaporkan penemuan mereka di jurnal Nature.



Balon Pengukur Es

Pada April 2008 sebuah balon udara yang diberi nama Dirigeable diluncurkan dari Spitsbergen, terbang menuju Kanada melalui Kutub Utara, kemudian melanjutkan perjalanan ke Alaska. Balon udara tersebut dilengkapi sensor elektromagnetik yang dapat mengukur ketebalan es di Kutub Utara.

Data yang dikumpulkan oleh balon tersebut akan membantu para ahli meteorologi untuk memperkirakan perubahan iklim dan memperkirakan efek pemanasan global terhadap keadaan di kutub. Seperti diketahui pemanasan global bisa menyebabkan berjuta kubik lapisan es di daerah kutub mencair yang menyebabkan naiknya permukaan air laut.